negara penghasil sampah makanan terbesar

Negara penghasil sampah makanan terbesar – Indonesia merupakan salah satu negara yang menyumbang sampah makanan terbesar di Dunia. Ada banyak kerugian negara sebagai akibat tumpukan sampah tersebut, selain masalah krisis iklim, sosial juga masalah perekonomian.

Baca juga: Tingkatkan Tabungan dan Amalan Sedekah dengan Menjadi Nasabah Bank Sampah

Indonesia Sebagai Salah Satu Negara Penghasil Sampah Makanan Terbesar di Dunia

Pada Tahun 2021, berdasarkan data The Economics Intelligence Unit, Indonesia merupakan penghasil sampah makanan (food loss and waste/FLW) terbesar kedua di dunia. Adapun peringkat pertamanya adalah Arab Saudi dan peringkat ketiga adalah Amerika Serikat.

Selain itu, menurut Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, Medrilzam dalam talk show virtual Low Carbon Development Indonesia (LCDI) disampaikan bahwa Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar 4-5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atau setara dengan Rp 213-551 triliun yang disebabkan oleh mubazir pangan.

Dari hasil penelitian Bappenas (2021) didapatkan persentase sampah makanan Indonesia telah mendominasi hingga 44 persen dari seluruh jenis limbah sampah. Adapun jumlahnya yakni sekitar 23-48 juta ton per tahun. Jika dikalkulasi, setiap orang membuat sampah makanan sebanyak 115-185 kg per tahun. Bisa dibayangkan betapa mubadzirnya.

Baca juga: Pilah Sampah Rumah Dapatkan Cuan Tambahan

Limbah makanan selain berdampak pada perekonomian juga menambah akumulasi gas rumah kaca di atmosfer. Diketahui bersama bahwa sampak organik atau sampah makanan yang terbuang di tanah bisa menyumbang 50-55% gas metana dan 40-45% gas CO2 yang bedampak pada pemanasan global.

Dibutuhkan banyak peran seluruh pemangku kepentingan untuk penyelesaian masalah sampah ini. Adapun contohnya seperti pelaku usaha pariwisata hotel, restoran, dan kafe, pemerintah, akademisi, media, hingga LSM untuk berperan menangani masalah sampah di Indonesia.

Jenis Sampah Makanan (Food Loss and Waste) di Indonesia

Berdasarkan data kajian Bappenas pada tahun 2021 diketahui bahwa timbunan food loss & food waste di Indonesia didominasi oleh jenis padi-padian seperti beras, jagung, gandum, dan produk sejenisnya. Adapun jenis pangan lainnya seperti sayur-sayuran yang kehilangannya mencapai 62,8 persen dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia.

Sumber food loss adalah dari makanan yang terbuang sebagai akibat dari proses produksi, penyimpanan, dan distribusi. Kita bisa menemukan sampah makanan tersebut di supermarket, rumah tangga, restoran, kantin, tempat produksi atau distribusi makanan. Sedangkan food waste merupakan makanan yang sudah dapat dikonsumsi oleh konsumen dan terbuang karena tidak habis dimakan, kadaluwarsa, dan sebagainya.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2020, komposisi sampah nasional paling tinggi justru disumbang oleh sampah rumah tangga. Dengan demikian, peran rumah tangga untuk menyelesaikan persoalan tumpukan sampah makanan ini cukup besar.

Mengurangi sampah makanan dari rumah masing-masing bisa menjadi salah satu solusi selain meningkatkan kesadaran semua orang untuk bijak mengkonsumsi makanan.

Baca juga: Dampak Sampah Plastik Bagi Lingkungan Hidup

Ayo, Stop Membuang Makanan!

Indonesia masuk dalam kategori negara yang banjir sampah makanan, namun disamping itu juga masih banyak orang kelaparan. Diketahui pula bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat kelaparan yang tinggi yaitu peringkat ke 3 Asia Tenggara (Dilansir dari Global Hunger Index tahun 2021).

Ketimpangan sosial tersebut menunjukkan adanya perilaku yang bernilai mubadzir dimana mudah menghamburkan atau membuang-buang makanan. Padahal baiknya makanan yang berlebih bisa dibagikan pada orang yang membutuhkan, mereka yang tidak bisa makan dan kelaparan.

Dalam ajaran islam pun telah diperintahkan di surat Al Isra ayat 26-27;

“ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan hak mereka, kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang menempuh perjalanan, dan janganlah engkau menghambur-hamburkan (hartamu, termasuk makanan,) dengan cara boros. Sesungguhnya orang-orang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Melakukan refleksi diri terhadap perilaku membuang makanan merupakan hal yang penting dilakukan saat ini. Bijak membeli makanan sesuai porsi, bijak mengkonsumsi makanan, dan meghabiskan makanan yang ada dipiring. Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan kerugian dari makanan yang kita buang.

Lebih baik kita sisihkan uang atau makanan yang kita miliki pada mereka yang membutuhkan, mereka yang kelaparan. Tentunya akan menjadi catatan amal kebaikan bagi kita di dunia dan akhirat kelak.

Salah satu LSM di Surabaya yang membantu menangani masalah sampah yakni Yayasan Bina Bhakti Lingkungan. Ada beberapa program unggulan yang telah berjalan seperti Bank Sampah Induk Surabaya (BSIS) dan Kewirausahaan Lingkungan. Untuk informasi lengkap dan kerjasama bisa hubungi admin yayasanbinabhaktilingkungan.or.id disini.

Baca juga: Kewirausahaan Lingkungan, 5 Program Wirausaha Berbasis Lingkungan