indonesia darurat sampah

Indonesia Darurat Sampah! – Indonesia saat ini merupakan penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia. Hasil penelitian dari UC Davis dan Universitas Hasanuddin di pasar Paotere Makassar mengungkapkan data bahwa dalam 23 sampel ikan yang diambil didapatkan adanya kandungan plastik dalam perutnya. Jumlah sampah plastik di Indonesia sangat banyak hingga 7,2 juta ton per tahunnya. Tidak hanya sampah plastik, menurut data statistik pada tahun 2019, sampah konsumsi (makanan) di Indonesia telah mencapai 175.000 ton per hari. Berdasarkan hasil penelitian lainnya dari Economic Intelligence Unit didapatkan data bahwa Indonesia merupakan negara penghasil sampah makanan terbesar kedua di dunia dengan total sampah makanan sebanyak 300kg/tahun per kapita.

Pada tahun 2020 jumlah timbunan sampah nasional mencapai 67,8 juta ton per tahun dan 60%nya tidak terkelola. Masalah pengelolaan sampah menjadi masalah terbesar lainnya selain dari masalah pandemi covid-19 saat ini. Peralatan pengelolaan sampah sudah tak sanggup mengolah tumpukan sampah yang begitu banyaknya. Terutama masalah sampah plastik yang merupakan sampah berbahaya karena tidak mudah terurai secara alami. Berikut ini ulasan kami terkait masalah darurat sampah di Indonesia saat ini dan bagaimana upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Bahaya Sampah Plastik

Sampah plastik merupakan jenis sampah non organik yang sulit terurai secara alami. Sifat dari sampah plastik tidak mudah terurai dan dalam proses pengolahannya menimbulkan toksik dan bersifat karsinogenik. Dibutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun agar plastik bisa terurai (terdekomposisi) dengan sempurna. Bahaya sampah plastik bisa menyebabkan berbagai macam penyakit yang mematikan seperti kanker. Pembakaran sampah plastik yang kurang sempurna bisa menjadi dioksin di udara dan jika dihirup manusia bisa menimbulkan penyakit kanker, gangguan syaraf, pembengkakan hati, hepatitis, dan gejala depresi. Sampah plastik juga bisa membunuh hewan dan merusak lingkungan.

bahaya sampah plastik

Berdasarkan data dari The World Bank 2018, dijelaskan bahwa ada sebanyak 87 kota di pesisir pantai Indonesia memberikan kontribusi sampah ke laut hingga 1,27 juta ton. Sampah yang masuk ke laut tersebut telah membahayakan ekosistem dalam laut dan mengancam kehidupan hewan laut. Tidak hanya mencemari laut, sampah plastik juga menyebabkan tanah menjadi tidak subur, polusi udara dan pemanasan global. Racun yang ada dalam partikel plastik bisa mengakibatkan hewan-hewan pengurai dalam tanah terbunuh, menurunkan kesuburan tanah, dan mengganggu jalur resapan air dalam tanah.

Untuk membuat 1 juta kantong plastik per menit dibutuhkan 12 juta barel minyak per tahun dan 14 juta pohon ditebang. Padahal penggunaan kantong plastik saat ini telah diperkirakan sekitar 500 juta hingga 1 milyar oleh seluruh penduduk dunia dalam satu tahunnya. Semakin banyak penggunaan plastik tentunya juga mengakibatkan semakin cepat sumber daya alam dihabiskan. Dan tentunya semakin banyak penggunaannya maka semakin banyak polusi yang dihasilkan.

Beberapa Upaya Pemecahan Masalah Darurat Sampah di Indonesia

Pemerintah saat ini telah mengupayakan untuk mengurangi dampak negatif dari sampah plastik baik di tingkat daerah maupun pusat. Beberapa daerah telah melakukan beberapa upaya pengelolaan sampah plastik secara mandiri seperti di Kabupaten Badung, Bali dengan mengolah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Adapun di Kota Surabaya juga melakukan upaya memisahkan sampah plastik dengan sampah dapur agar mudah didaur ulang dengan menjadikan sampah plastik sebagai alat tukar untuk naik bus Suroboyo.

Mengatasi masalah darurat sampah bukanlah tanggungjawab pemerintah saja, tetapi seluruh lapisan masyarakat juga bertanggungjawab untuk ikut menyelesaikannya. Penumpukan sampah bisa berasal dari sampah rumah tangga, sampah produksi, sampah pertanian dan perkebunan dan sumber lainnya. Menciptakan zero plastic pollution bisa menjadi langkah tepat untuk mengurangi bahaya sampah plastik. Berikut beberapa upaya pemecahan yang bisa dilakukan untuk mengurangi penumpukan sampah dan mencegah bahaya sampah yang tidak terkelola dengan baik.

1. Mengurangi Sampah (Reduce)

Langkah awal yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah darurat sampah adalah dengan mengurangi jumlah sampah dari berbagai sumber. Mengurangi sampah plastik dan sampah makanan merupakan jalan pencegahan bahaya sampah agar tidak semakin meluas.

a. Pengurangan Sampah Plastik

Mengingat akan bahayanya sampah plastik, melakukan pengurangan sampah plastik merupakan cara yang tepat. Pengurangan sampah plastik ini perlu disadari oleh seluruh lapisan masyarakat baik rumah tangga, perusahaan industri, produksi, dan bisnis lainnya. Contoh sederhananya misalnya dengan menggunakan tumbler sebagai ganti gelas plastik dan sedotan serta peralatan makan lainnya yang berbahan plastik merupakan salah satu cara untuk mengurangi sampah plastik kemasan. Mengganti tas belanja dan tempat sampah plastik dengan bahan laiannya seperti tas kain dan rotan juga bisa menjadi langkah pemecahan yang bisa dilakukan ibu rumah tangga dimanapun. 

pengurangan sampah plastik

Upaya menciptakan zero plastic pollution tersebut juga pernah dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi Pada Tahun 2019. Dalam kegiatan gerakan tanpa plastik bertema ‘Gerakan Satu Juta Tumbler’, Kementerian Komunikasi dan Informasi mengkampanyekan untuk mengurangi sampah plastik mulai dari diri sendiri.

Adapun gerakan lainnya bertema ‘Tolak Sekali Pakai’ dimana memiliki semangat dan mengkampanyekan penolakan penggunaan plastik sekali pakai. Hal tersebut karena dipandang bisa mengancam kesehatan, penumpukan sampah dan mencemari ekosistem laut. Semua lapisan masyarakat mulai dari produsen, industri hingga rumah tangga memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi kontribusi sampah plastik di Indonesia.

b. Pengurangan Sampah Makanan

Tidak hanya pengurangan sampah plastik saja sebenarnya, pengurangan sampah makanan juga menjadi perhatian penting khususnya untuk masyarakat Indonesia. Direktur Lingkungan Hidup, BAPPENAS mengatakan bahwa pengurangan sampah makanan menjadi salah satu program prioritas dalam RPJMN 2020-2024. Hal tersebut mengingat jumlah sampah makanan di Indonesia merupakan jumlah terbesar kedua di dunia. Berdasarkan data dari FAO didapatkan bahwa kebanyakan bahan makanan berakhir di tempat sampah. Pengurangan sampah makanan ini bisa dilakukan dalam berbagai proses baik dalam proses konsumsi, proses produksi, proses panen, proses manufaktur dan proses distribusi. Diketahui bahwa hanya 11,5 % sampah yang dihasilkan dari proses konsumsi, sedangkan sisanya dilakukan dalam proses lainnya.

Bijak dalam berbelanja bisa menjadi salah satu cara juga untuk mengurangi sampah makanan dari lingkup rumah tangga. Dengan demikian bisa mengurangi berbagai bahan makanan basi, kadaluarsa atau sisa sebagai akibat tidak sempat dikonsumsi.

2. Memilah dan Mendaur Ulang Sampah (ReUse or ReCycle)

Salah satu upaya yang dilakukan daerah untuk mengatasi masalah sampah dicontohkan oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur no 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkungan Rukun Warga. Tujuan dari kebijakan tersebut untuk mengubah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga menjadi barang bernilai ekonomi. Dan yang paling utama adalah mengubahnya menjadi bahan yang tidak membahayakan lingkungan. Lingkungan Rukun Warga diarahkan untuk memisahkan sampah rumah tangga yakni dengan mengklasifikasikan sampah organik dengan sampah non organik.

Dengan pemisahan tersebut, bisa memudahkan dalam pengolahan ataupun dalam proses daur ulangnya agar lebih bermanfaat lagi. Jika diolah dengan baik, sampah plastik yang diproses daur ulang akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 16.379.472 per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik. Sampah non organik bisa didaur ulang menjadi barang yang bernilai ekonomi ataupun bermanfaat untuk perlengkapan rumah tangga sendiri. Sedangkan sampah organik bisa diolah menjadi pupuk alami. Dengan demikian bisa mengurangi dampak penumpukan sampah yang bisa mengakibatkan banyak persoalan. Namun, jika tidak bisa melakukan proses daur ulang sendiri, diharapkan masyarakat bisa bekerjasama dengan komunitas ataupun lembaga profesional yang memiliki fokus dalam pengolahan sampah dengan cara yang baik.

3. Memfasilitasi dan Mengoptimalkan Pekerja Informal

Melakukan pengolahan sampah bukanlah hal yang mudah. Untuk menjalankannya dibutuhkan sdm yang memiliki kemampuan dan kefokusan agar tidak menimbulkan dampak buruk. Untuk mengoptimalkan pemilahan sampah dengan baik serta pengolahan sampah dengan baik dibutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit mengingat sampah selalu menumpuk tiap harinya. Bekerjasama, memberikan fasilitas dan mengoptimalkan para pekerja informal bisa menjadi salah satu langkah pemecahan untuk pengolahan sampah secara efektif.

bantuan pahlawan lingkungan
Pemberdayaan Komunitas Wirausaha Lingkungan oleh Yayasan Bina Bhakti Lingkungan

Harapannya dengan pengumpulan sampah yang lebih baik bisa meningkatkan jumlah sampah plastik yang masuk dalam fasilitas daur ulang sehingga mencegahnya mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia serta ekosistem. Pekerja informal yang mendapatkan fasilitas kesempatan kerja yang layak bisa meningkatkan kualitas pengumpulan sampah yang bisa didaur ulang dengan baik.

4. Bergabung Menjadi Nasabah Bank Sampah

Bagi warga masyarakat yang tidak bisa mengolah sampah secara mandiri atau melakukan daur ulang sendiri bisa bekerjasama dengan Bank Sampah yang ada di wilayah tempat tinggal masing-masing. Warga cukup memisahkan sampah organik dan non organik saja, kemudian mengirimkan sampah non organik ke bank sampah untuk diproses daur ulang kembali.

bank sampah induk surabaya
Bank Sampah Induk di Surabaya

Dengan mengirimkan sampah non organik seperti plastik, kardus, botol, minyak jelantah, dan sejenisnya ke bank sampah, warga juga bisa mendapatkan manfaat tambahan yakni kepemilikan rekening yang bisa menjadi pemasukan tambahan. Pengurus di tingkat Rukun Warga bisa membantu memudahkan setiap rumah tangga atau warga masyarakat dengan mengkoordinasi pengumpulan sampah non organik ke Bank Sampah. Harapannya jika ini telah menjadi kesadaran bersama warga masyarakat, masalah darurat sampah bisa terselesaikan. Bahkan dengan ikut menjadi nasabah Bank Sampah, warga bisa mendapatkan rekening tabungan yang bisa menjadi pemasukan tambahan.

Sumber:

https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-darurat-sampah-plastik
https://beritajatim.com/postingan-anda/indonesia-darurat-sampah-plastik/
https://nasional.sindonews.com/berita/1424598/15/klhk-sebut-indonesia-darurat-sampah-plastik
https://republika.co.id/berita/qsc4wi330/indonesia-alami-masalah-darurat-sampah-makanan
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/dampak-plastik-terhadap-lingkungan-3